Keluarga Minta Polri – Sudah berhari-hari berlalu sejak Iptu Tomi Marbun menghilang secara misterius. Seorang perwira muda yang di kenal loyal, disiplin, dan berdedikasi tinggi itu seakan di telan bumi. Tak ada kejelasan, tak ada kabar, bahkan pihak institusi tempatnya mengabdi pun tampak gamang menjelaskan. Dalam kepanikan yang kian mencekam, pihak keluarga akhirnya angkat suara dengan nada keras dan mendesak: Polri harus bentuk tim pencari fakta!
Suasana di kediaman keluarga Iptu Tomi kini tidak hanya di warnai kesedihan, tapi juga kemarahan dan kecurigaan. Tak sedikit yang mulai berspekulasi—bagaimana mungkin seorang polisi berpangkat Inspektur menghilang tanpa jejak, tanpa saksi, tanpa petunjuk sedikit pun? Ini bukan kasus orang biasa. Ini adalah anggota aktif institusi penegak hukum. Fakta bahwa tidak ada perkembangan berarti menambah kecurigaan publik.
Desakan Emosional: Jeritan dari Hati yang Terluka
Ayah dari Iptu Tomi, dengan suara bergetar, menyampaikan kekecewaannya di hadapan media. “Kami butuh kebenaran, kami butuh kejelasan. Anak saya bukan kriminal, dia adalah aparat. Kenapa justru menghilang seperti ini dan di biarkan?” ucapnya sambil menahan amarah dan tangis.
Keluarga besar Marbun tidak main-main. Mereka menyatakan akan terus menekan pihak berwenang untuk membentuk Tim Pencari Fakta Independen yang tak bisa diintervensi. Mereka khawatir, jika penyelidikan hanya di serahkan pada mekanisme internal, kebenaran bisa terkubur, dan keadilan bisa di bungkam.
Desakan ini seolah membuka lembaran baru tentang bagaimana keluarga korban kini tak lagi mau duduk diam. Mereka memposisikan diri sebagai pihak yang aktif menuntut transparansi, dan tak segan menempuh jalur hukum maupun media jika di perlukan.
Spekulasi Liar dan Ketertutupan yang Mencurigakan
Salah satu hal yang membuat publik resah adalah minimnya informasi resmi. Dalam era digital seperti sekarang, ketika segala hal bisa dengan cepat di sampaikan, pihak Polri justru terkesan lamban dan tertutup. Pernyataan yang diberikan pun hanya sebatas “masih dalam pencarian”. Tidak ada detail lokasi terakhir, tidak ada rekaman CCTV, tidak ada dugaan sementara. Semua terkesan di selimuti kabut pekat.
Akibatnya, media sosial pun kebanjiran spekulasi. Mulai dari kemungkinan Iptu Tomi menjadi korban internal, terlibat dalam kasus besar, hingga dugaan penghilangan paksa. Netizen, yang haus informasi dan terbiasa dengan kasus-kasus serupa, mulai mencocok-cocokkan dengan kasus hilangnya aparat lain yang pernah terjadi.
Ketika kepercayaan publik mulai goyah, diam dan lambat bukan lagi pilihan. Dan keluarga Tomi tahu itu.
Tuntutan Pembentukan Tim Independen dan Tekanan Publik
Permintaan keluarga Iptu Tomi bukan tanpa alasan. Mereka menilai bahwa pengusutan oleh sesama aparat bisa memunculkan konflik kepentingan. Oleh karena itu, mereka menuntut agar Kapolri membentuk Tim Pencari Fakta yang melibatkan unsur di luar kepolisian—baik dari Komnas HAM, LSM independen, hingga pengamat hukum slot kamboja.
Langkah ini bukan hanya untuk menemukan Tomi, tapi juga untuk memastikan bahwa publik bisa melihat proses secara terang benderang. Keadilan bukan hanya soal hasil, tapi juga tentang proses yang bisa di percaya. Jika institusi besar seperti Polri tidak mampu atau tidak mau menunjukkan keseriusan, maka krisis kepercayaan tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Di Balik Seragam, Ada Nyawa yang Menunggu Kepastian
Hilangnya seorang anggota Polri seharusnya menjadi alarm merah, bukan hanya bagi institusinya, tapi juga bagi masyarakat. Ini bukan sekadar soal kehilangan personel, tapi tentang hilangnya rasa aman. Jika aparat bisa hilang tanpa jejak, bagaimana dengan rakyat biasa?
Iptu Tomi Marbun bukan hanya nama di seragam. Ia adalah anak, suami, saudara, dan sosok yang hidupnya di pertaruhkan di tengah ketidakpastian ini. Desakan keluarganya bukan sekadar jeritan emosional, tapi panggilan keras untuk keadilan yang tak boleh lagi di slot777.